https://jlah.org/index.php/jlah/issue/feed Journal of Livestock and Animal Health 2025-08-24T19:01:22+07:00Toni Malvintonimalvin@gmail.comOpen Journal Systems<p>The <strong>Journal of Livestock and Animal Health (JLAH)</strong> aims to publish the results of research studies on tropical livestock such as cattle, buffaloes, sheep, goats, pigs, horses, poultry, and pets.</p> <p><strong>Journal of Livestock and Animal Health (JLAH)</strong> includes various research topics in the field of animal science including livestock products, reproduction, and physiology, nutrition and animal feed, feed technology, breeding and genetics, animal behavior, health, welfare, food based on animal products, socio-economic and policy systems.</p> <p>This is the new address of the JLAH website <a href="https://jlah.org/index.php/jlah">www.jlah.org</a> from the old domain <a href="http://jurnalpolitanipyk.ac.id/index.php/JLAH" target="_blank" rel="noopener">www.jurnalpolitanipyk.ac.id/index.php/JLAH</a></p> <p>e-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1543716530" target="_blank" rel="noopener"><strong>2655-2159</strong></a><br />p-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1544605659" target="_blank" rel="noopener"><strong>2655-4828</strong></a></p> <p>Accreditation Number (RISTEKDIKTI): <a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/6360" target="_blank" rel="noopener"><strong>85/M/KPT/2020</strong></a></p>https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/98Penanganan Gingivitis dengan Metode Scaling Pada Kucing Domestik di Klinik Boulevard Laras Satwa Tangerang2025-08-21T23:09:39+07:00Fisma Amrifismaamri@politanipyk.ac.idArio Ridho Gelagarfismaamri@politanipyk.ac.id<p>Penyakit periodontal adalah penyakit umum yang sering terjadi pada kucing seperti gingivitis dan periodontitis yang disebabkan oleh penumpukan plak pada gigi. Plak gigi yang terus bertumpuk akan menyebabkan gusi merah, bengkak, dan berdarah, serta bau mulut hewan kesayangan, sehingga dapat mengganggu kesehatan gigi pada kucing. Salah satu penanganan yang dilakukan pada anjing dan kucing adalah pembuangan atau pembersihan plak dari permukaan gigi baik supragingival maupun subgingiva, yang dapat dilakukan dengan scaling dan polishing periodontal pocket. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui cara penanganan gingivitis dengan menggunakan instrument dental scaling dalam membersihkan plak pada gigi kucing. Hasil studi kasus dari sinyalemen dan anamnesa yakni mengalami hipersalivasi, nafsu makan menurun, bau mulut (halitosis) serta terdapat karang gigi (kalkulus). Hasil pemeiksaan fisik suhu tubuh 39,4 derajat celcius dan terdapat peradangan pada gusi. Diagnosa penunjang dengan hasil heamtologi WBC, NEU, MO% meningkat. Akumulasi ini mengarahkan diagnosis gingivitis dengan prognosa fausta kemudian dilakukan treatment dental scaling dan Terapi obat yang diberikan yaitu depo Medrol dan clavamox yang menunjukkan perubahan pada gigi yang sudah bersih dari plak dan kalkulus, serta peradangan pada gusi mulai berkurang.</p>2025-08-22T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/101Pengaruh Rasio Campuran Silase Tithonia diversifolia dan Panicum maximum terhadap Kandungan Senyawa Antinutrisi: Asam Fitat, Tanin, dan Asam Oksalat2025-08-20T22:29:37+07:00Dwi Anantadwiananta@politanipyk.ac.idFadilla Meiditafadillameidita05@gmail.comNadia Rahmanadiarahma@politanipyk.ac.idNurazizah Ramadhantinramadhanti@unib.ac.idYudha Endra Pratamayudhaendra.pratama@gmail.com<p>Ketersediaan hijauan segar sebagai pakan ruminansia bersifat musiman, sehingga diperlukan teknologi pengawetan seperti silase untuk menjamin kontinuitas pakan. Tithonia diversifolia memiliki kandungan nutrisi tinggi namun mengandung senyawa antinutrisi, sementara Panicum maximum dikenal rendah antinutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh rasio campuran Tithonia diversifolia dan Panicum maximum terhadap kadar asam fitat, tanin, dan asam oksalat dalam silase setelah fermentasi selama 21 hari. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan rasio campuran (0:100, 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0) dan tiga ulangan. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan proporsi Tithonia diversifolia secara signifikan meningkatkan kadar asam fitat (P kecil dari 0,05), dari 21,30 mg/100 g (100% Panicum) menjadi 52,00 mg/100 g (100% Tithonia). Kandungan tanin dan asam oksalat tidak berbeda nyata antar perlakuan (P besar dari 0,05), dengan nilai yang tetap rendah di seluruh rasio campuran. Dengan demikian, rasio campuran hijauan mempengaruhi kadar asam fitat namun tidak berpengaruh terhadap tanin dan oksalat. Silase campuran dengan proporsi Tithonia yang moderat dapat menjadi alternatif pakan hijauan bergizi tinggi dengan risiko antinutrisi yang masih dalam batas aman bagi ternak.</p>2025-08-22T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/111Pengaruh Variasi dosis FSH terhadap Bobot Lahir, Litter Size, dan Sex ratio pada Kambing dengan Paritas Berbeda2025-08-21T21:43:03+07:00Annisa Rahmaannisarahma059@gmail.comDiky Pratamapratamadiky10@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi dosis penyuntikan Follicle Stimulating Hormone (FSH) terhadap bobot lahir, jumlah anak (litter size) dan perbandingan jenis kelamin (sex ratio) pada kambing dengan paritas berbeda. Penelitian ini melibatkan 10 ekor kambing Kacang, terdiri dari 9 ekor betina dan 1 ekor pejantan, pemeliharaan di dalam kandang panggung individu (80×100 cm untuk betina dan 150×200 cm untuk pejantan). Rancangan Acak Kelompok (RAK) digunakan dengan tiga perlakuan dosis FSH (80 mg, 100 mg, dan 200 mg) dan tiga kelompok paritas, yaitu kambing dara (P0), kambing paritas satu (P1), dan kambing paritas lebih dari satu (P2). FSH disuntikkan secara intramuskular, selama empat hari berturut-turut, dua kali sehari dengan dosis menurun. Parameter pengamatan meliputi bobot lahir, jumlah anak (litter size) dan perbandingan jenis kelamin (sex ratio). Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot lahir masing-masing perlakuan adalah 2,99±0,51 kg, 3,48±0,31 kg, dan 2,96±0,44 kg. Rata-rata litter size pada perlakuan A, B, dan C adalah 2,00±0,00a; 1,33±0,58b; dan 2,33±0,58a ekor. Rasio jenis kelamin (jantan:betina) berturut-turut adalah 100%:0%, 75%:25%, dan 85,71%:14,29%. Dosis FSH sebesar 80 mg menunjukkan hasil terbaik. Secara keseluruhan, dosis FSH berpengaruh nyata terhadap litter size, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot lahir dan rasio jenis kelamin.</p>2025-08-22T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/86Prevalensi Penyakit Parasit Darah dan Faktor Resiko Infestasi Vektor pada Sapi Potong di Kecamatan Koto Baru dan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya2025-04-16T23:53:33+07:00Yoli Zulfanediyoli.zulfanedi@gmail.comLisa Hidayatilisahidayatidnr@gmail.com<p>Penyakit parasit darah merupakan penyakit hewan menular strategis (PHMS) dan menimbulkan kerugian ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, tingkat keparahan infeksi dan faktor resiko penularan parasit darah di dua Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya (Koto Baru dan Sitiung) Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 dengan pengambilan sampel dan pembuatan sediaan ulas darah dilakukan oleh UPT Puskeswan Koto Baru sedangkan pewarnaan dan identifikasi sampel dilakukan oleh Balai Veteriner (Bvet) Bukittinggi Sumatera Barat. Sebanyak 100 sampel darah sapi dikoleksi dari 10 (sepuluh) kelompok peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 sampel ulas darah sapi ditemukan 100 sampel (100%) positif terinfeksi Theileria spp., 19 sampel (19%) terindikasi Anaplasma spp. dan 1 sampel (1%) terindikasi Babesia spp. Prevalensi kejadian sebesar 81% oleh infeksi tunggal Theileria spp, 18 % infeksi campuran (Theileria spp., dan Anaplasma spp.) dan 1% Theileriaspp., Anaplasma spp., dan Babesia spp. Tingkat keparahan infeksi parasit darah yang ditandai dengan kondisi anemia ditemukan pada 3 sampel dengan prevalensi sebesar 3% disebabkan oleh infeksi tunggal Theileria spp. Tingginya prevalensi parasitemia ini kemungkinan dipengaruhi oleh adanya faktor resiko infestasi vektor yaitu sistem atau cara pemeliharaan serta waktu pengambilan rumput, pemakaian insektisida dan iklim.</p>2025-08-22T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/74Evaluasi Kualitas Pupuk Organik Cair Urin Kambing Dan Limbah Cair Tahu Dengan Bioaktivator Propunic2024-11-14T12:22:22+07:00Vian Chalistyvian.chalisty@gmail.comM. Hufronm.hufronx@gmail.com<p>Kandungan bahan organik pada urin kambing dan limbah cair tahu memiliki potensi jika diolah menjadi pupuk organik cair. Penambahan bioaktivator diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi sehingga diperoleh kualitas pupuk organik cair sesuai dengan standar baku mutu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari pupuk organik cair urin kambing dan limbah air tahu dengan penambahan bioaktivator Propunic dengan konsentrasi yang berbeda. Penambahan Propunic sebanyak 0% (P0), 0,5% (P1), 1% (P2), dan 1,5% (P3). Semua bahan difermentasi selama 15 hari. Variabel yang diamati meliputi pH, kadar N, warna, dan aroma. Data pH dan kadar N yang diperoleh dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap pola searah, sedangkan warna dan aroma dianalisis menggunakan analisis Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan penambahan bioaktivator Propunic berpengaruh tidak nyata (P besar dari 0,05) terhadap kadar N-total. Penambahan bioaktivator Propunic mampu menurunkan pH pada perlakuan P1, P2, dan P3 dibandingkan dengan tanpa penambahan (P0). Perlakuan dengan penambahan Propunic menghasilkan warna coklat. Aroma yang dihasilkan pupuk organik cair dengan penambahan Propunic sebesar 0,5% memiliki aroma agak sedap fermentasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas pupuk organik cair urin kambing dan limbah cair tahu dengan penambahan bioaktivator Propunic sebesar 0,5% menunjukkan hasil yang baik ditunjukkan dengan nilai pH 3,9, warna coklat, kadar nitrogen sebesar 0,056% dan aroma agak sedap fermentasi.</p>2025-08-24T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/93Peningkatan Kecernaan Protein Kasar dan Serat Kasar In Vitro Daun Sawit dengan Teknologi Fermentasi MA-112025-07-28T09:32:18+07:00Sri Sukaryanisrisukaryani@gmail.comAhimsa Kandi Saririsrisukaryani@gmail.comMuhammad Huseinsrisukaryani@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fermentasi daun sawit menggunakan MA-11 dengan level yang berbeda terhadap Kecernaan Protein Kasar (KcPK) dan Kecernaan Serat Kasar (KcSK). Desain penelitian yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan empat (4) perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tsb adalah P0 : daun sawit + 0 cc MA-11 + urea 2 g + molasses 5 cc; P1 : daun sawit + 2 cc MA-11 + urea 2 g + molasses 5 cc; P2 : daun sawit +4 cc MA-11 + urea 2 g + molasses 5 cc; P3 : daun sawit + 6 cc MA-11 + urea 2g + molasses 5 cc. Inkubasi dilakukan selama 9 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi menggunakan MA-11 berpengaruh sangat nyata meningkatkan kecernaan protein kasar daun sawit, dengan hasil tertinggi pada P3 (56,92 ± 0,47%); disusul kemudian oleh P2 (51,57 ± 1,14%); P1 (46,32 ± 3,97%) dan terkecil P0 (27,15 ± 0,27%). Daun sawit yang difermentasi dengan MA-11 berhasil dengan sangat nyata menurunkan nilai kecernaan serat kasarnya, dengan hasil sebagai berikut P0 (61,39±1,21%); P1 (67,13±0,93%); P2 (72,02±0,19%) dan P3 (75,93±1,35%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa fermentasi daun sawit menggunakan MA-11 sebanyak 0 – 6 cc berpengaruh sangat nyata meningkatkan nilai KcPK dan KcSK dan yang paling optimal pada level penggunaan MA-11 sebanyak 6 cc.</p>2025-08-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/89Identifikasi Antigen Eritrosit Kucing Domestik dan Kucing Persia dengan Menggunakan Metode Imunokromatografi2025-08-07T17:01:28+07:00Palestindrh.palestin@uwks.ac.idHana Wardhanihanacipka@uwks.ac.idIntan Permatasari Hermawanintanpermatasari@uwks.ac.idHartono Kaharhartono.kahar@fk.unair.ac.idYus Prijatna Dachlanyoes-p-d@fk.unair.ac.idEngki Zelpinaengkizelpina03@gmail.com<p>Identifikasi antigen eritrosit pada kucing penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah pada kucing yang merupakan salah satu prosedur wajib jika seekor kucing memerlukan transfusi darah pada keadaan tertentu, misalnya kucing yang menderita kanker, anemia, pendarahan akut atau kronis, serta infeksi virus. Selain untuk berbagai permasalahan tersebut, identifikasi antigen eritrosit juga penting dilakukan untuk mencegah kasus isoeritrolisis neonatus pada anak kucing akibat perkawinan jantan dan induk yang berbeda jenis antigen eritrositnya. Sistem penggolongan darah kucing didasarkan pada perbedaan antigen eritrosit yang membentuk tiga tipe utama, yaitu A, B, dan AB. Golongan darah A merupakan yang paling dominan, ditemukan pada sekitar 95% populasi kucing global, sementara tipe B dan AB tergolong langka. Secara biokimiawi, antigen pada tipe A dan B merupakan gangliosida berbeda dengan berat molekul 50 kD - tipe A hanya mengekspresikan NeuGc, sedangkan tipe B secara eksklusif mengandung NeuAc. Adapun tipe AB mengekspresikan kedua komponen (NeuAc dan NeuGc) dalam proporsi seimbang.</p>2025-08-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health https://jlah.org/index.php/jlah/article/view/103Pengaruh Lama Maserasi Pollard (Triticum aestivum L.) dengan Pelarut Etanol terhadap Rendemen, Profil Fitokimia, dan pH2025-08-24T19:01:22+07:00Melisa Fitrianimelisa21002@mail.unpad.ac.idAbunAbun@unpad.ac.idDiding Latifudinmelisa21002@mail.unpad.ac.id<p>Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama maserasi pollard (<em>Triticum aestivum</em> L.) dengan pelarut etanol 96% terhadap rendemen, profil fitokimia, dan nilai pH sebagai sumber betaine alami. Proses maserasi dibedakan menjadi empat perlakuan, yaitu maserasi dengan lama waktu 24, 36, 48 dan 72 jam. Parameter yang diamati meliputi nilai rendemen, profil fitokimia (fenolik, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid), serta kadar pH maserasi dan ekstrak kental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama maserasi berpengaruh nyata (p kecil dari 0,05) terhadap nilai rendemen, dengan hasil tertinggi pada lama waktu maserasi 72 jam sebesar 6,58%. Profil fitokimia menunjukkan bahwa semakin lama maserasi, semakin kuat dan banyak jenis senyawa yang terdeteksi. Sementara kadar pH tidak berpengaruh secara signifikan terhadap lama maserasi, dengan hasil kadar pH pada larutan maserasi berkisar antara 6,47–6,60 dan kadar pH ekstrak kental stabil di angka 6,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lama maserasi pollard dengan pelarut etanol 96% efektif dilakukan pada perlakuan 72 jam ditinjau dari nilai rendemen, profil fitokimia dan kadar pH. Pollard berpotensi sebagai sumber betaine alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku feed additive untuk ternak.</p>2025-08-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Journal of Livestock and Animal Health